Kamis, 02 Februari 2017

Makalah Sejarah Linguistik



 LINGUISTIK UMUM
SEJARAH LINGUISTIK
Disusun untuk memenuhi syarat tugas mata kuliah
Linguistik Umum

Dosen Pengampu : Noor Cahaya, M.Pd
Disusun oleh :
Devi Lestari (1610116320006) A-2


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2016
 
Sejarah Ilmu Linguistik
Ilmu linguistik sering juga disebut linguistik umum (general linguistic). Artinya, ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja seperti bahasa Jawa atau bahasa Arab,  melainkan pengajian seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Dalam bahasa Indonesia kata linguistik bukan hanya berarti ilmu tentang bahasa, tetapi juga berarti bahasa itu sendiri atau mengenai  bahasa.
Sebagai ilmu, linguistik juga sudah mempunyai sejarah yang panjang. Pada dasarnya setiap ilmu termasuk juga ilmu linguistik telah mengalami tiga tahap perkembangan, yaitu dari tahap pertama yang disebut tahap spekulasi, tahap kedua disebut tahap observasi dan klasifikasi, dan tahap ketiga disebut tahap perumusan teori.
Pada tahap spekulasi, pernyataan-pernyataan tentang bahasa tidak didasarkan pada data empiris, melainkan pada dongeng atau cerita rekaan belaka. Penyelidikan yang bersifat ilmiah baru dilakukan orang pada tahap ketiga, dinamakan bahasa yang diteliti itu bukan hanya diamati dan diklasifikasi tetapi juga dibuatkan oleh teorinya.
Dalam sejarah perkembangannya, linguistik penuh dengan berbagai aliran, paham, pendekatan, dan teknik penyelidikan. Dalam perkembangannya, mulai dari zaman Yunani sampai istilahnya linguistik modern banyak terjadi pertentangan para linguis mengenai studi bahasa. Masing-masing zaman muncul beberapa tokoh yang mempunyai peranan besar dalam studi bahasa tersebut.
Ferdinand de Saussure (1857-1913) adalah bapak Linguistik Modern yang mengarang Course de Linguistique Generale. Dalam buku tersebut tersimpul empat gagasan penting sebagai berikut:
1.      Bahasa dapat ditelaah secara sinkronik, yaitu diteliti berdasarkan kurun waktu penggunaannya pada zaman tertentu, dan juga diakronik yaitu penelitian pada sebuah bahasa yang diteliti dari sejarah penggunannya hingga masa kini.
2.      Perbedaan mengenai Langue dan Parole. Langue adalah keseluruhan sistem tanda bersifat abstrak yang digunakan sebagai alat komunikasi verbal antar manusia. Sedangkan parole adalah realisasi dari langue, sifatnya konkrit dan dapat diamati.
3.      Bahasa mengandung sistem tanda linguistik yang bernama signifiant dan signifie. Signifiant adalah kesan bunyi yang timbul dalam benak manusia, sedangkan signifie kesan makna yang merujuk pada objek yang dimaksud.
4.      Elemen bahasa seperti fonem, morfologi, dan sintaksis memiliki hubungan yang dinamakan Sintagmatik dan Paradigmatik.
Bersamaan dengan perjalanan Ferdinand de Saussure, perkembangan ilmu fonologi pun berkembang berkat Aliran Praha pada tahun 1926 yang terdiri  dari para tokoh linguistik bernama Vilem Mathesius, Nikolai S. Trubetskoy, Roman Jakobson, dan Morris Halle. Dalam perkembangan fonologi, mereka membedakan dengan tegas fonetik dan fonologi.
1. Periode awal
a. India
Di India orang mempelajari bahasa untuk kepentingan ritual, membaca kitab weda. Bahasa yang terdapat pada kitab weda adalah bahasa sansekerta. Panini adalah seorang sarjana Hindu yang memerikan struktur bahasa sansekerta dalam bukunya, Astdhyasi. Ia beranggapan bahwa mempelajari tata bahasa sansekerta itu penting agar hikmah dalam kitab weda tetap terjaga, doa menjadi kabul.
b. Yunani
Kalau orang India lebih memperhatikan dengan teliti tentang peristiwa-peristiwa bahasa dan menguraikan dan menyusunnya secara teratur serta mendalam, berbeda dengan Yunani. Yunani lebih mempersoalkan mengapa terjadi peristiwa tersebut. Hal ini disebabkan oleh latar belakang bidang yang mempengaruhinya, yaitu filosof, yang bertitik tolak pada filsafat (hakikat sesuatu, tentang kebenaran, asal mula).
Masalah pokok kebahasaan yang menjadi pertentangan pada masa ini, yaitu fisis dan nomos, analogi dan anomali. Bahasa bersifat fisis atau alami karena memiliki hubungan asal-usul, adanya hubungan antara kata dengan benda. Misalnya, Tokek (memiliki hubungan dengan bunyi), supan-supan (tanaman yang menutup ketika disentuh, udang baah (udang yang hanya ada ketika air pasang, baah). Kelompok yang menganut paham ini adalah kaum naturalis.
Bahasa bersifat nomos (konvensi) menutur kaum konvensional menyebutkan bahwa bahasa memiliki makna yang diperoleh dari kebiasaan atau tradisi yang kemungkinan dapat berubah. Sebagian besar konsep benda, sifat, dan keadaannya yang sama diungkapkan dalam kata yang berbeda, misal buku, lantai, dan lain-lain.
Analogi (teratur), misalnya regular verbs, pemajemukan è book:books
Anomali (tidak teratur), misalnya irregular verbs è child:children, write: wrote
Tokoh-tokoh Yunani antara lain Plato yang mempersoalkan hubungan antara lambang dan acuan. Ia membagi kelas kata atas onoma dan rhema. Aristoteles menganggap bahwa lambang dan acuan memiliki hubungan konvensional. Ia membagi kelas kata atas nomen, verbum, syndesmoi, arthon. Sedangkan kaum Alexandrian membagi kelas kata menjadi onoma (kata benda), rhema (kata kerja), motosche (partikel), arthon (kata sandang), antonymia (kata ganti), prothesis (kata depan), epirrthema (kata keterangan), dan syndesmoi (kata sambung).
c. Masa Romawi
Salah satu tokoh yang terkenal di masa Romawi adalah Varro yang membuat buku berjudul De Lingua Latina. Buku tersebut membahas etimologi (ilmu yang mempelajari asal mula kata), morfologi (kata benda, kata kerja, partisipel, adverbium). Selain itu, Priscia juga telah membuat tata bahasa priscia yang membahas fonologi (bunyi dan penggambarannya), morfologi (diksià kelas kata), dan sintaksis (gramatika).
Kaum alexandrian menganut paham analogi dalam studi bahasa, dari mereka kita mewarisi sebuah buku tata bahasa yang bisebut tata bahasa dionysius thrax. Buku itu sering disebut tata bahasa tradisonal. Jadi cikal bakal tata bahasa tradisonal berasal dari buku dionysius thrax.
d. Masa Pertengahan
Pada masa pertengahan, bahasa Latin dianggap sebagai bahasa gereja, bahasa diplomasi, dan bahasa ilmu pengetahuan. Pada masa ini terdapat Kaum Stoik yang masih mempersoalkan lambang dan acuan (fisis, nomos, analogi dan anomali). Mereka menghasilkan Tata bahasa spekulativa yang beranggapan bahwa semua bahasa memiliki kata untuk konsep yang sama, dan semua bahasa akan menyatakan kesamaan jenis kata dan kategori gramatikal yang lainnya.
1.)      Peranan Kaum Modistae
Masih membicarakan pertentang fisis dan nomos dan pertentangan antara analogi dan anomali. Mereka menerima konsep analogi karena menurut mereka bahasa itu bersifat leguler dan bersifat unversal.
2.)      Tata Bahasa Spekulativa
Menurut tata bahasa spektulativa kata tidak secara langsung  mewakili alam dari benda yang ditunjuk. Kata hanya mewakili hal adanya benda itu dalam berbagai cara, modus, substansi, aksi, kualitas, dan sebagainya.
3.)      Perus Hispanus
Perannya dalam linguistik :
a.    Memasukkan psikologi dalam analisis makna bahasa. Membedakan antara signifikasi utama dan konsignifikasi yaitu pembedaan pengertian pada bentuk akar dan pengertian yang dikandung oleh imbuhan-imbuhan.
b.    Membedakan nomen atas dan macam, yaitu nomen substan tivum dan nomen adjectivum.
c.     Membedakan partes dan orationes categoremetik dan syntategorematik
e. Masa Renaissance
Pada masa ini sudah banyak penguasaan terhadap bahasa Latin, Yunani, Ibrani, dan Arab. Kajian sudah menitikberatkan bahasa dari segi pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan perbandingan.
Dianggap sebagai zaman pembukaan abad  pemikiran abad modern. Dalam sejarah studi bahasa ada dua hal pada zaman renaisans yang menonjol :
1.)      Penguasaan bahasa oleh sarjana-sarjana pada waktu itu (Latin, Yunani, Ibrani, Arab).
2.)      Selain bahasa Yunani, Latin, Ibrani, dan Arab, bahasa-bahasa Eropa lainnya juga mendapat perhatian dalam bentuk pembahasan, penyusunan tata bahasa, dan juga perbandingan.
Bahasa Ibrani dan bahasa Arab banyak di pelajari orang pada akhir abad pertengahan. Kedua bahasa itu diakui resmi pada akhir abad ke-14 di Universitas Paris. Linguistik Arab berkembang pesat karena kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa Kitab Suci agama Islam, yaitu Al-Qur’an, yang menurut pendapat kebanyakan Ulama Islam tidak boleh di terjemahkan ke dalam bahasa lain.
Ada 2 aliran Linguistik Arab:
1.)      Aliran Basra (mendapat pengaruh konsep dari zaman Yunani) sehingga mengacu pada kereguleran dan kestatisan bahasa. Ad-Duali menjadi pelopor aliran bahasa Bashrah. Meski demikian, banyak peneliti yang menyebut bahwa Al-Khalil bin Ahmad adalah pendiri sintaksis Arab. Usaha Al-Khalil inilah yang kemudian dipakai Sibawaih dalam merumuskan sintaksis tradisional.
2.)      Aliran Kufah (menganut paham anomali) mengacu pada keanekaragaman bahasa. Didirikan oleh Abu Ja’far Al-Ru’asih yang merupakan murid dari Isa bin Umar dan Abu Amr bin A’la. Tokoh terpenting dalam aliran ini adalah al-Kisa’i(189 H) dan al-Farra’ (206 H)
Tokoh Arab Sibawaihi, dalam bukunya Al-‘Ayn, membagi kata menjadi : ismun (nomen), fi’lun (verbum), harfun (partikel). Sementara itu, disisi lain, bahasa Eropa, serta bahasa diluar Eropa, lingua franca (bahasa antarbangsa) digunakan untuk kegiatan politik, perdagangan dan sebagainya.
Selain 2 aliran  besar ini mencul pula aliran Baghdad yang berusaha menengahi antara 2 kubu dan memilih pendapat yang terbaik diantara keduanya. Aliran Baghdad dipelopori oleh Ibn Kaisan (299 H) danal-Zajjaji (337 H) dan Abu Ali al-Fasi.
2. Periode Perkembangan
Pada periode ini ilmu perbandingan bahasa mencapai puncaknya. misalnya pengkajian terhadap bahasa dilakukan untuk kepentingan agama kristen. Hal ini dilatarbelakangi oleh terpecahnya kristen menjadi kristen katolik dan protestan. Adanya krisis keuangan menyebabkan gereja pada saat itu menerbitkan surat pengampunan dosa yang kemudian ditentang. Akibatnya, kitab injil menjadi berbeda, injil yang dibawa ke Eropa Timur dan injil yang dibawa dari Ibrani juga berubah. Dari perubahan ini muncullah keinginan untuk mempelajari tata bahasanya yang kemudian dilakukan penelitian dalam bentuk historis komparatif (Perbandingan dua bahasa atau lebih pada periode waktu yang berbeda.).
Pada abad kedelapan belas perhatian mulai diarahkan kepada bahasa-bahasa di luar Eropa. Pengumpulan bahasa secara besar-besaran oleh misionaris. G.W. Leibnitz adalah salah satu tokoh yang membahas kekeluargaan bahasa. Sedangkan Sir William Jones membandingkan bahasa Sansekerta, bahasa Yunani, dan bahasa Latin.
Pada abad kesembilanbelas perhatian terhadap perbandingan bahasa dan pengotonomian bahasa sebagai ilmu. Para pemikir tidak hanya membaca dan membandingkan teks, melainkan mulai mempersoalkan asal usul bahasa. Tokoh pada masa ini adalah E.B. Condillac yang membahas asal mula bahasa berpangkal pada bunyi-bunyi alamiah dalam bentuk teriakan akibat emosi. J.G. Herder menganggap bahasa berasal dari nyanyian yang terbentuk dari bunyi-bunyi langsung dan tidak langsung di sekitarnya. (peniruan bunyi). Sedangkan Wilhelm von Humboldt menganggap bahasa tidak terjadi karena sangat diperlukan. Kata-kata timbul tidak didahului dengan suara, melainkan dari adanya keinginan manusia itu sendiri.
3. Periode Pembaharuan
Dimulai setelah perang dunia pertama ilmu bahasa mengalami perubahan. Bunyi bahasa juga dipengaruhi dari buku Ferdinand de Saussure, seorang ahli bahasa, Nikolai S. Trabetakoy (1890-1983), mengadakan penyelidikan mendalam. Bunyi (p) pada awal kata para dengan bunyi-bunyi pada kata tara, cara, kara, bara, dara, jara dan mara, dapat dikatakan bahwa bunyi (p) dalam kara, para mempunyai fungsi membedakan kata.  Bunyi-bunyi semacam ini disebut Fonem. Prinsip-prinsip Madzhab disajikan kepada dunia ilmu bahasa pada Kongres Bahasa pertama di den Haag tahun 1928.
Perkembangan linguistik struktural di Amerika dipelopori oleh Franz Boas, Edward Sapir, dan Leonard Bloomfield. Boas dan Sapir lebih berorientasikan pada Antropologi, sedangkan Bloomfield pada keinginan untuk “mengilmiahkan” linguistik atau bahasa. Tiga ahli bahasa Amerika disebut sebagai pemula kegiatan penyelidikan bahasa sebelum terbitnya sintantic structure ialah Franz Boas, Edward Sapir, dan Leonard Blomfield.
Ahli bahasa di Amerika Serikat banyak bejasa dalam menyebar luaskan prinsip-prinsip dan metode yang dihubungkan dengan nama “strukturalisme Amerika” ialah Leonard Bloomfield (1887-1949). Tahun 1914 Bloomfield menerbitkan buku An Intriduction to Linguistique Science.
Bloomfield menyatakan pandangan, yaitu “rangsangan dan tanggapan” dinyatakan dengan formula R   t. . .r   T. Suatu rangsangan praktiks (R) menyebab seseorang.
Periode pembaruan ditandai dengan ketidak puasan pendekatan tradisional, tokoh-tokoh seperti: NS  Trubetzkoy, Roman Jokobsin, sebagai peletak awal teori struktural, kemudian dilanjutkan oleh ahli-ahli lain Franz Boas, Edward Sapir, Ferdinand de saussure, Kennenth L. Pike, Bloomfield, Hockett, Gleason, Hills, M. Joas, Chomsky, McCawley, Lakoff, Fillmore.
a. Ferdinand De Saussure
Ferdinand De Saussure adalah Bapak Linguistik Modern karena bahasa telah dikaji secara otonom, pengkajiannya bersifat deskriptif, menggunakan telaah sinkronik (menyelidiki bahasa pada waktu tertentu tanpa membandingkan bahasa dengan bahasa yang lain, dan tanpa membandingkan periode waktunya dengan periode waktu yang lain.).
Konsep yang dikemukakan oleh Ferdinand De Saussure adalah telaah sinkronik dan diakronik, perbedaan Langue dan Parole, perbedaan signifiant dan signifie, dan hubungan sintagmatik dan paradigmatik.
Telaah sinkronis menyelidiki bahasa pada waktu tertentu tanpa membandingkan bahasa dengan bahasa yang lain, dan tanpa membandingkan periode waktunya dengan periode waktu yang lain. Sifatnya horizontal, mendatar. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo pada masa pendudukan Jepang. Telaah diakronis menyelidiki perkembangan bahasa dari masa ke masa. Sifatnya vertikal. Misalnya, penelitian terhadap bahasa Gorontalo sejak mula adanya sampai sekarang.
Langue adalah keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara anggota masyarakat bahasa, sifatnya abstrak. Sedangkan parole merupakan realisasi dari langue, sifatnya konkrit.
Signifian adalah citra bunyi atau kesan psikologis bunyi yang timbul dalam alam pikiran. Sedangkan signifie adalah pengertian atau kesan makna. Signe adalah kata.
Sintagmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam tuturan yang berurutan, linear. Sedangkan paradigmatik merupakan hubungan anatara unsur-unsur yang terdapat dalam tuturan dengan unsur-unsur sejenis.
b. Leonard Bloomfield
Leonard Bloomfield merupakan Bapak linguistik struktural karena pengkajiannya seputar struktur bahasa. Ia tidak mengkaji makna. Makna hanya dianggap sebagai sampingan, periferal. Menurut Leonard Blooomfield setiap bahasa mempunyai struktur. Setiap struktur terdiri atas unsur-unsur yang merupakan bagian dari unsur yang lebih tinggi/besar. Oleh karena itu, harus dicari pendekatan untuk menganalisis strukturnya, misalnya dengan segmentasi.
c. Noam Chomsky
1.    Tata bahasa transformasi
2.    Kompetensi dan performansi
3.    Struktur dalam dan struktur luar

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Abd. Syukur Ibrahim, dkk. 1985. Aliran-Aliran Linguistik. Surabaya. Usaha Nasional
Hidayatullah, Moch. Syarif.2012. Cakrawala Lingistik Arab. Tanggerang Selatan. Al-kitabah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar